Rabu, 06 April 2016



AKU DAN DEPRESI (BAGIAN 1)...

Jujur tidak pernah terbayangkan sedikitpun bahwa saya akan mengalami depresi. Menurut saya itu keadaan yang impossible akan saya alami dan itu hanya terjadi di film-film saja. Saya “berteman” dengan depresi sudah sekitar empat tahun (sejak 2012-an), dan hingga kini masih sering mengalami gejala depresi yang muncul dan hilang tanpa bisa diprediksi. Saya tidak berobat ke psikiater atau psikolog karena kondisi depresi saya bukan depresi berat (ini menurut pandangan saya sendiri) dan saya pikir saya memiliki Tuhan Yang Maha Segalanya, Allah, yang saya yakini bahwa Dia akan selalu bersama saya, menemani saya, dan menyembuhkan saya melalui ibadah-ibadah yang saya lakukan.
Sebelum lebih jauh tentang keadaan saya dari dulu hingga sekarang, saya ingin membahas sedikit tentang depresi itu sendiri. (SEBELUMNYA SAYA INGATKAN YA, SAYA BUKAN PSIKOLOG, PSIKIATER, ATAUPUN AHLI. INI HANYA BERDASARKAN BLOG, VIDEO, WEBSITE, ATAUPUN JURNAL YANG SAYA BACA. MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN :) ) Sebetulnya, apa sih yang dimaksud dengan depresi? Mungkin banyak yang orang yang dengan mudah mengatakan “Aduh aku depresi nih..pacar aku ngeduain aku” atau “Feeling depressed..nilai ujian gue D” atau hal-hal lainnya. Apakah itu depresi? Mungkin.. tergantung dari keadaan selanjutnya yang dia rasakan dan alami.
Menurut penelitian, pada penderita depresi, ukuran hippocampus (bagian otak yang mengontrol memori dan emosi) dalam otak mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang-orang normal, dan semakin lama mereka menderita depresi maka akan semakin mengecil pula ukuran hippocampus tersebut. Untuk lebih lengkap bisa lihat di video dibawah ini:


 

                Penyebab depresi bisa bermacam-macam. Dalam video dokumenter BBC, ada beberapa narasumber yang diwawancarai, tapi saya cuma ingat dua narasumber yang keduanya memiliki penyebab yang berbeda. Ada seorang artis ternama (usianya diatas 50 tahun) hollywood yang mengalami depresi karena menikah dan memiliki anak di usia yang terlalu muda juga akibat tuntutan pekerjaan yang mengharuskan dia tampil sempurna, serta seorang suster (sekitar 30 tahun-an) yang mengalami depresi karena merasa menyebabkan pasiennya yang masih anak-anak meninggal. Mereka harus mengahadapi hari-hari yang melelahkan secara psikologis, seperti takut keluar rumah, takut berbicara dengan orang asing, over protective terhadap anak sendiri (narasumber suster), bahkan sampai tidak bisa melakukan apa-apa saking ketakutannya. Sedih, ngeri, menangis..itu yang saya rasakan saat menonton video tersebut. Walaupun agak susah dimengerti (karena logat U.K yang kental + tanpa teks), secara global saya paham yang mereka ceritakan. Menonton video itu seperti berkaca pada diri sendiri: oh..ternyata banyak yang mengalami depresi yang jauh lebih berat dari saya dan ternyata penderita depresi itu ada dimana-mana, hanya saja kita yang tidak tahu karena mereka terlihat sangat normal secara tampilan.
                Depresi itu bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja, bahkan bagi orang yang sedang bahagia sekalipun. Tapi yang bisa saya simpulkan adalah depresi terjadi saat orang tersebut mengalami tekanan, baik hanya sekali ataupun tekanan yang terus menerus yang menyebabkan akumulasi stres. Depresi itu sendiri bisa dikategorikan menjadi dua, yaiti depresi ringan (biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang datang dan pergi begitu saja dalam waktu yang singkat) dan depresi berat (gejalanya:murung, menyendiri, perasaan bersalah, menyesal, melakukan aktivitas terbatas,bahkan hingga bunuh diri).
                Ya, penderita depresi (terutama yang ringan) secara fisik tidak akan terlihat bahwa dia adalah penderita depresi. Mungkin saja tampak luar dia adalah orang yang ceria ataupun orang yang berprestasi. Tidak ada yang tahu, bahkan orang-orang yang merasa paling dekat pun belum tentu tahu tentang kondisi psikologis penderita tersebut, seperti orang tua, kakak, adik, bahkan sahabat.
                Mungkin sekian dulu tulisan tentang depresi bagian pertama ini. Yang ingin saya katakan di penghujung tulisan ini adalah yuk, kita peka terhadap orang-orang di sekitar kita, mungkin orang-orang terdekat kita ada yang menderita depresi, tapi takut untuk bercerita atau bingung harus menghadapi permasalahannya. Saat kita memiliki orang terdekat yang mengalami depresi, jangan pernah tinggalkan dia, jangan anggap remeh permasalahan dia, dan kalau menurut saya pribadi, jangan merasa mengerti apa yang dia rasakan karena kita tidak akan pernah mengerti perasaan penderita depresi sebelum kita sendiri pernah depresi (ngerti nggak?karena depresi itu sangaaaaat melelahkan jauh dari yang bisa kita duga). Cukup dengan mendengarkan ceritanya, memberi nasihat yang positif (jangan menyalahkan secara langsung!), dan ada disaat dia butuhkan menurut saya itu lebih dari cukup untuk membantu penderita depresi menjalani hari-harinya :) .

Senin, 04 April 2016

"Treasure every moment..."

"To comprehend the value of one year, just ask the students who failed their entrance exams. To comprehend the value of one month, just ask a mother who give birth to a premature baby. To comprehend the value of one week, just ask the editor of a weekly newspaper. To comprehend the value of one hour, just ask the lovers who are waiting to meet. To comprehend the value of one minute, just ask the people who missed their stop on the train. To comprehend the value of one second, just ask the person who managed to avoid accident just in time. To comprehend the value of one tenth of a second, just ask the person who ended up with a silver medal at the Olympics.
The hands of clock will continue ticking. Therefore, treasure every moment you have and treat today as the utmost gift you'll have."

- From Japanese special drama "Yuuki" -