AKU DAN DEPRESI (BAGIAN 1)...
Jujur tidak
pernah terbayangkan sedikitpun bahwa saya akan mengalami depresi. Menurut saya
itu keadaan yang impossible akan saya
alami dan itu hanya terjadi di film-film saja. Saya “berteman” dengan depresi
sudah sekitar empat tahun (sejak 2012-an), dan hingga kini masih sering
mengalami gejala depresi yang muncul dan hilang tanpa bisa diprediksi. Saya tidak
berobat ke psikiater atau psikolog karena kondisi depresi saya bukan depresi berat
(ini menurut pandangan saya sendiri) dan saya pikir saya memiliki Tuhan Yang
Maha Segalanya, Allah, yang saya yakini bahwa Dia akan selalu bersama saya,
menemani saya, dan menyembuhkan saya melalui ibadah-ibadah yang saya lakukan.
Sebelum lebih
jauh tentang keadaan saya dari dulu hingga sekarang, saya ingin membahas
sedikit tentang depresi itu sendiri. (SEBELUMNYA
SAYA INGATKAN YA, SAYA BUKAN PSIKOLOG, PSIKIATER, ATAUPUN AHLI. INI HANYA
BERDASARKAN BLOG, VIDEO, WEBSITE, ATAUPUN JURNAL YANG SAYA BACA. MOHON MAAF
APABILA ADA KESALAHAN :) ) Sebetulnya, apa
sih yang dimaksud dengan depresi? Mungkin banyak yang orang yang dengan mudah
mengatakan “Aduh aku depresi nih..pacar aku ngeduain aku” atau “Feeling depressed..nilai ujian gue D” atau hal-hal lainnya. Apakah itu depresi?
Mungkin.. tergantung dari keadaan selanjutnya yang dia rasakan dan alami.
Menurut
penelitian, pada penderita depresi, ukuran
hippocampus (bagian otak yang mengontrol memori dan emosi) dalam otak
mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang-orang normal, dan semakin
lama mereka menderita depresi maka akan semakin mengecil pula ukuran hippocampus tersebut. Untuk lebih lengkap bisa
lihat di video dibawah ini:
Penyebab
depresi bisa bermacam-macam. Dalam video dokumenter BBC, ada beberapa narasumber
yang diwawancarai, tapi saya cuma ingat dua narasumber yang keduanya memiliki
penyebab yang berbeda. Ada seorang artis ternama (usianya diatas 50 tahun)
hollywood yang mengalami depresi karena menikah dan memiliki anak di usia yang
terlalu muda juga akibat tuntutan pekerjaan yang mengharuskan dia tampil sempurna,
serta seorang suster (sekitar 30 tahun-an) yang mengalami depresi karena merasa
menyebabkan pasiennya yang masih anak-anak meninggal. Mereka harus mengahadapi
hari-hari yang melelahkan secara psikologis, seperti takut keluar rumah, takut
berbicara dengan orang asing, over
protective terhadap anak sendiri (narasumber suster), bahkan sampai tidak
bisa melakukan apa-apa saking ketakutannya. Sedih, ngeri, menangis..itu yang saya
rasakan saat menonton video tersebut. Walaupun agak susah dimengerti (karena
logat U.K yang kental + tanpa teks), secara global saya paham yang mereka
ceritakan. Menonton video itu seperti berkaca pada diri sendiri: oh..ternyata
banyak yang mengalami depresi yang jauh lebih berat dari saya dan ternyata
penderita depresi itu ada dimana-mana, hanya saja kita yang tidak tahu karena
mereka terlihat sangat normal secara tampilan.
Depresi
itu bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja, bahkan bagi orang yang sedang
bahagia sekalipun. Tapi yang bisa saya simpulkan adalah depresi terjadi saat
orang tersebut mengalami tekanan, baik hanya sekali ataupun tekanan yang terus
menerus yang menyebabkan akumulasi stres. Depresi itu sendiri bisa
dikategorikan menjadi dua, yaiti depresi ringan (biasanya ditandai dengan
perasaan sedih yang datang dan pergi begitu saja dalam waktu yang singkat) dan
depresi berat (gejalanya:murung, menyendiri, perasaan bersalah, menyesal,
melakukan aktivitas terbatas,bahkan hingga bunuh diri).
Ya,
penderita depresi (terutama yang ringan) secara fisik tidak akan terlihat bahwa
dia adalah penderita depresi. Mungkin saja tampak luar dia adalah orang yang
ceria ataupun orang yang berprestasi. Tidak ada yang tahu, bahkan orang-orang
yang merasa paling dekat pun belum tentu tahu tentang kondisi psikologis
penderita tersebut, seperti orang tua, kakak, adik, bahkan sahabat.
Mungkin
sekian dulu tulisan tentang depresi bagian pertama ini. Yang ingin saya katakan
di penghujung tulisan ini adalah yuk, kita peka terhadap orang-orang di sekitar
kita, mungkin orang-orang terdekat kita ada yang menderita depresi, tapi takut
untuk bercerita atau bingung harus menghadapi permasalahannya. Saat kita
memiliki orang terdekat yang mengalami depresi, jangan pernah tinggalkan dia,
jangan anggap remeh permasalahan dia, dan kalau menurut saya pribadi, jangan
merasa mengerti apa yang dia rasakan karena kita tidak akan pernah mengerti
perasaan penderita depresi sebelum kita sendiri pernah depresi (ngerti
nggak?karena depresi itu sangaaaaat melelahkan jauh dari yang bisa kita duga).
Cukup dengan mendengarkan ceritanya, memberi nasihat yang positif (jangan
menyalahkan secara langsung!), dan ada disaat dia butuhkan menurut saya itu
lebih dari cukup untuk membantu penderita depresi menjalani hari-harinya :) .