Selasa, 21 Juni 2016

#Ramadhan2016#ShareStory1#

Selasa siang saya sengaja pergi keluar rumah untuk melepaskan penat, hitung-hitung berusaha menghindari kekambuhan depresi saya. Sebetulnya sih selama Ramadhan ini emosi saya cenderung stabil, tapi tetep aja kadang-kadang gejala menuju 'kesana' suka muncul tiba-tiba. Saya keluar rumah sengaja dekat-dekat waktu dzuhur, sengaja ingin ikut shalat berjamaah di salah satu masjid di kota Bandung. Selain suasana Ramadhannya berasa banget dan banyak orang yang shalat berjamaah, saya sengaja menantikan tausyiah ba'da dzuhur dari ustad. Lumayan kan charge jiwa gratis, biar adem.

Setelah shalat, saya tetap duduk di tempat menunggu sang ustad memberikan tausyiah. Eh tanpa disangka ternyata hari itu yang memberikan tausyiahnya orang spesial, seorang syekh dari Palestina. Beliau bernama Syekh Aiman. Terlepas apakah beliau terkenal atau tidak, saya pribadi merasa beruntung banget bisa mendengar tausyiah dari seorang syekh asal negeri yang selalu Allah ceritakan dalam Al-Qur'an.

Suara beliau adeeeem banget. Meskipun saya nggak paham beliau ngomong apa (tapi ada penerjemah sih) dan bahasa arabnya sangat cepat, tapi Masya Allah, lembut sekali beliau berbicara. Di balik mimbar beliau berbagi cerita dan berusaha menyamakan paham antar muslim mengenai Palestina. 

Beliau menceritakan tentang keadaan Palestina sekarang, yang menurut saya ternyata jauh lebih membuat hati miris dibandingkan apa yang saya ataupun media-media bayangkan. Beliau dan keluarga kini mengungsi ke Yordania karena rumah mereka sudah hancur. Beliau juga menceritakan bahwa kondisi Palestina sangatlah menyedihkan, mulai dari jatah listrik yang hanya menayala 2 jam/hari, 60% penduduk yang pengangguran, minimnya fasilitas kesehatan, sulitnya pasokan air bersih karena pipa-pipa air dalam tanah distop oleh zionis, tidak adanya ekspor impor sehingga mereka sangat kekurangan bahan pangan dan pakaian, dan masih banyak lagi. Saya yang mendengar dan membayangkannya saja sudah membuat saya beristighfar, betapa kehidupan saya disini begitu melimpah dibandingkan saudara-saudara kita di Palestina, terutama jalur Gaza.

Tapi yang membuat saya kagum adalah keistimewaan para muslim di Palestina yang pasti semuanya adalah Hafizh (iri berat!). Dalam kondisi perang dan listrik yang hanya menyala selama 2 jam, mereka semua bisa hafal al-Qur'an. Lah saya, juz 30 saja masih gampang lupa jika tidak rajin murojaah. Tapi ya itulah keistimewaan yang Allah beri pada mereka. Untuk menghadapi zionis tentu tidak hanya dibutuhkan fisik yang kuat, tapi juga sangat membutuhkan keimanan yang sangat tebal dan kuat. Selain hafizh, sudah terbukti bahwa mereka jelas sangat memiliki mental yang kuat (iri..sangat iri).

Beliau juga mengatakan bahwa setiap hari para penduduk Palestina selalu berdo'a tanpa henti agar Allah menyegerakan kemenangan umat Islam atas penindasan zionis selama ini. Ya, umat islam. Karena yang sedang dilanda perang adalah negeri yang Allah cintai lho. Disanalah kiblat pertama umat islam berada, Masjil Aqsha..bukankah seharusnya itu membuktikan bahwa kemenangannya adalah tanggung jawab seluruh umat islam di dunia?

Mungkin saya juga kebanyakan muslim  di dunia banyak yang bingung harus membantu dengan cara apa. Tapi beliau menegaskan "Kami sangat berterima kasih atas segala bantuan yang anda-anda berikan. Nama Indonesia sangat kami kenal disana, meskipun kami tidak pernah bertemu dengan anda-anda, saudara kami, secara langsung. Ingatlah bahwa harta yang anda berikan untuk membantu kami adalah bentuk perjuangan anda di jalan Allah. Mewakili saudara-saudara saya di Palestina saya mengucapkan Jazakallah khairan katsiran." Ya Allah, rasanya pengen nangis denger syekh bilang gitu. Ternyata infak kita yang mungkin cuma 500 atau 1000, itu sangat membantu mereka disana. Bayangin aja, kalau yang cuma 500 atau 1000 itu ternyata dikalai berribu-ribu orang kan lumayan banget.

Beliau juga bilang bahwa di Palestina sangat banyak realisasi dari infak-infak tersebut, seperti rumah sakit, sekolah umum, sekolah hafizh, ambulans, dan lain-lain. Meskipun begitu, tetap saja masih sangat minim dibandingkan keadaan disana yang sebenarnya. Karena sangat banyak penduduk yang tidak memiliki pekerjaan, beliau menambahkan bahwa saudara-saudara kita jelas masih sangat membutuhkan bantuan dalam segala bentuk, terutama sandang dan pangan, terlebih sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Di musim dingin, jumlah saudara-saudara kita yang meninggal bisa sangat meningkat drastis karena disaat suhu sangat dingin, mereka harus tidur di tenda pengungsian atau di jalan tanpa menggunakan pakaian hangat atau selimut. Miris..ternyata dinginnya kota Bandung memang sangat tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang harus saudara kita rasakan. 

Kedatangan beliau difasilitasi oleh salah satu lembaga yang terkenal dengan kecepatan dan  ketanggapannya membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah, baik dalam maupun luar negeri. Hampir di akhir tausyiah beliau ada kotak infak yang dikelilingkan oleh pihak lembaga tersebut. Dalam hati sih inginnya ngasih banyaaaak banget uang ke kotak tersebut, tapi apa daya..ya seadanya uang di saku saja. Mungkin ada yang berpikir kalau beliau ujung-ujungnya meminta dana. Tapi kalau menurut saya sih nggak apa-apa banget, toh jadi ladang amal kita kan? Bukankah itu salah satu bentuk perjuangan kita di jalan Allah?

Saya punya prinsip yaitu lakukanlah kebaikan pada siapa pun selama kamu mampu, toh kamu juga pasti ingin diperlakukan baik oleh orang lain, gitu. Nggak ada yang menjamin kehidupan kita di negeri ini akan selalu damai sentosa. Kalau kita yang Allah kasih ujian seperti di Palestina, belum tentu kita bisa setegar dan seikhlas mereka.

Apalagi sekarang bulan Ramadhan, segala amal ibadah kita (insya Allah jika ikhlas) pahalanya akan dilipat gandakan. Menolong saudara sesama muslim, insya Allah pahalanya akan semakin berkah. Semoga Allah mudahkan segala urusan saudara-saudara kita di Palestina, juga di seluruh dunia yang mungkin sedang merasakan kezhaliman perang atau kezhaliman yang lain. Semoga Ramadhan tahun ini penuh barakah, setidaknya itu yang saya harapkan dalam kehidupan saya sekarang. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar